Rabu, 21 September 2022

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG UNTUK SABUN MANDI

Abstrak−Wonokerto merupakan penghasil pisang terbesar daripada tanaman lainnya, seiring dengan tingginya produktivitas buah pisang maka jumlah limbah kulit pisangpun ikut meningkat. Saat panen pisang, bagian kulit, batang dan daun pisang (sekitar 80%) hanya di buang tanpa pengolahan lebih lanjut. Hal inilah yang mengakibatkan potensi limbah kulit pisang yang cukup besar sehingga perlu adanya penanggulangan pada kulit pisang agar memiliki nilai baik. Kandungan di dalam kulit pisang antara lain karbohidrat, protein, lemak, kalsium, zat besi, fosfor vitamin B, C dan. Kulit pisang juga memiliki kandungan selulosa sebesar 14.4%, Jumlah yang melimpah khususnya dari kulit pisang dapat di gunakan menjadi produk yang berdayaguna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi dimana ekstrak kulit pisang yang dibuat dalam bentuk sabun padat yang dipanaskan kemudian pemberian minyak yang langsung direaksikan dengan larutan basa pada suhu 50˚C, sehingga didapat basis sabun. Uji sabun padat yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji organoleptik, uji pH dan uji bebas alkali. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sabun padat, tidak terjadi perubahan bentuk dan bau, serta memiliki pH dan uji bebas alkali yang sesuai dengan standar untuk kulit.

Kata Kunci: Kulit Pisang, Sabun Padat

 

 

1.      PENDAHULUAN

        Seiring dengan tingginya produktivitas buah pisang maka jumlah limbah kulit pisangpun ikut meningkat. Saat panen pisang, bagian kulit, batang dan daun pisang (80%) hanya di buang tanpa pengolahan lanjut. Hal inilah yang mengakibatkan potensi limbah kulit pisang yang cukup besar sehingga perlu adanya penanggulangan pada kulit pisang agar memiliki nilai baik. Kulit pisang ternyata juga memiliki manfaat yang luar biasa. Beberapa kandungan di dalam kulit pisang antara lain karbohidrat, protein, lemak, kalsium, zat besi, fosfor vitamin B, C dan. Kulit pisang juga memiliki kandungan selulosa sebesar 14.4%, Jumlah yang melimpah khususnya dari kulit pisang dapat di gunakan menjadi produk yang berdaya dan berguna (Rusliana, 2010). Kulit pisang mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Tannin bersifat antibakteri dengan cara mempresipitasi protein. Efek antimikroba tannin melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. Antibakteri adalah zat yang dapat menggangu metabolisme mikroba yang merugikan (Madigan, 2005). Lapisan terluar tubuh manusia di sebut dengan kulit yang sangat peka berfungsi sebagai pelindung serta pertahanan utama terhadap bakteri. Salah satu pertolongan pertama untuk menjaga kesehatan kulit adalah sabun. Sabun mandi adalah produk yang di hasilkan dari reaksi antara minyak atau lemak dengan basa KOH atau NaOH. Sabun mandi senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani dan berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa di gunakan sebagai pembersih dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (Badan Standarisasi Nasional, 1994).

      Pada umumnya kulit pisang belum di manfaatkan secara nyata, hanya di buang sebagai limbah organik saja atau di gunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa manfaatkan sebagai bahan baku makanan. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur- unsur gizi inilah yang dapat digunkan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Munadjim, 1983: 84). Menurut Standar Nasional (SNI) tahun 1994 sabun adalah senyawa natrium dengan asam lemak yang di gunakan sebagai pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa atau penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Syarat mutu sabun padat yang di tetapkan oleh SNI yaitu sabun padat memiliki kadar air maksimal 15%, jumlah alkali bebas maksimal 0,1% dan jumlah asam lemak bebas kurang dari 2,5% (Sukawaty Yullia, dkk 2016).

 

2.      METODE PENELITIAN

      Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimen yang di laksanakan di laboratorium untuk membuat formulasi sabun padat dari ekstrak kulit pisang. Penelitian Sabun Padat dari Ekstrak Kulit Pisang, dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Ilmu dan Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo. Populasi  dalam penelitian ini adalah kulit pisang yang di peroleh dari Penjual Pisang di Desa Wonokerto  Kecamatan Wonosalam. Untuk proses pembuatan dari sabun mandi kulit pisang ini cukup mudah, berikut alat dan bahan yang diperlukan.


            a.         Bahan :

·         Kulit Pisang secukupnya           

·         200 ml NaOH cair

·         150 ml Minyak Zaitun

·         150 ml Minyak Kelapa

·         Air          

·         Essential oil

           b.         Alat :

·         Blender

·         Mixer

·         Mangkok aluminium

·         Baskom

·         Sendok

·         Cetakan


 

 

            c.         Langkah-langkah membuat sabun mandi kulit pisang :

·         Bersihkan kulit pisang dengan air bersih, jika sudah bersih masukkan ke dalam blender dicampur dengan air perbandingan 1:1 sampai menjadi bubur.

·         Masukkan 150 ml minyak kelapa dan 150 ml minyak zaitun kedalam mangkok aluminium

·         Aduk sampai merata campuran minyak kelapa dan minyak zaitun tadi tujuannya agar tidak ada udara/gelembung di dalam minyak.

·         Tambahkan NaOH kedalam campuran minyak kelapa dan minyak zaitun sebanyak 200 ml secara perlahan sambil di aduk.

·         Aduk larutan sabun sampai berubah wana menjadi putih pekat, lalu masukkan bubur kulit pisang kedalam larutan sabun sebanyak 2-3 sendok makan dan aduk hingga merata dan tercampur secara keseluruhan.

·         Jika sudah rata kemudian tambahkan essential oil secukupnya dan aduk kembali.

·         Siapkan cetakan dan masukkan larutan sabun kedalam cetakan sesuai selera. Kemudian tunggu selama 1-2 hari disuhu ruangan hingga sabun mengeras dan siap dikeluarkan dari cetakan

·         Jika sudah kering sabun siap dikeluarkan dari cetakan dan sabun siap digunakan.

 

 

3.      HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan sabun padat pada penelitian ini menggunakan basa Natrium Hidroksida (NaOH) agar sabun dihasilkan padat. Formula yang di gunakan pada proses pembuatan sabun dari ekstrak kulit pisang awak dengan jumlah variasi minyak kelapa 150 ml, minyak zaitun 150 ml, NaOH 200 ml, essential oil 2 ml dan air 50 gr. Formula sabun padat dari kulit pisang.

Tabel 1. Formulasi Sabun Padat

No.

Bahan

F0 (gr)

F1 (gr)

1.

Ekstrak Kulit Pisang

-

50 gr

2.

Minyak Kelapa

150 ml

150 ml

3.

Minyak Zaitun

150 ml

150 ml

4.

NaOH

200 ml

200 ml

5.

Essential Oil

2 ml

2 ml

6.

Air

50 gr

50 gr

 

1.     1.  Hasil Uji Organoleptik

Evaluasi yang dilakukan pada pengujian organoleptik meliputi warna dan aroma/bau dari sediaan. Sabun padat yang harus dipenuhi adalah memiliki bentuk padat, warna dari sediaan homogen dan baunya tidak tengik. Warna yang di hasilkan merupakan warna campuran dari minyak dan NaOH yang berwarna putih dan ekstrak kulit pisang awak berwarna krim. Hasil pengujian bentuk, warna dan bau yang di lakukan pada hari ke 1 dan hari ke 7 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

                     a.         Bentuk Sediaan Sabun Padat

Tabel 2. Hasil Sediaan Bentuk Sabun Padat

No.

Waktu

Pengamatan

Sediaan Sabun Padat

F0

F1

1.

Hari ke-1

Padat

Padat

2.

Hari ke-7

Padat

Padat

 

 

                     b.         Warna

Tabel 3. Hasil Warna Sabun Padat

No.

Waktu

Pengamatan

Sediaan Sabun Padat

F0

F1

1.

Hari ke-1

Cream

Cream

2.

Hari ke-7

Cream

Cream


Gambar 1. Warna Sabun Hari Ke-1


Gambar 2. Warna sabun Hari Ke-7


                     C.         Aroma/Bau

Tabel 4. Hasil Aroma/Bau Sabun Padat

No.

Waktu

Pengamatan

Sediaan Sabun Padat

F0

F1

1.

Hari ke-1

Aroma Pisang

Aroma Pisang

2.

Hari ke-7

Aroma Pisang

Aroma Pisang

 

                     d.         Uji pH

Sabun pada umumnya mempunyai pH sekitar 9-10. Menurut (Sausan,2018) pH sabun yang relatif aman adalah 9-11 dan pH indikator potensi iritasi pada sabun. pH sabun yang relatif basa dapat membantu kulit untuk membuka pori-porinya kemudian busa dari sabun mengikat sabun dan kotoran lain yang menempel di kulit (Sausan,2018). Nilai pH di tentukan dengan menggunakan Stik pH. Hasil percobaan yang dilakukan, dapat dilihat hasil laboratorium pada gambar berikut :


Gambar 3. Hasil Uji Laboratorium Sabun Padat


                     e.         Uji Bebas Alkali

Dari hasil yang diperoleh, sabun mandi sediaan padat yang diuji memenuhi persyaratan kadar alkali bebas, sesuai dengan SNI 06-3532-1994, dimana kadar alkali bebas yang diperbolehkan untuk sabun mandi sediaan padat tidak lebih dari 0,14 %.

 

                    f.         Uji Kadar Air

Nilai pH larutan sabun bergan- tung pada jenis lemak, sebagai contoh sabun yang dibuat dari minyak kelapa mempunyai pH antara 9 dan 10, sedangkan sabun dari lemak hewani memberikan pH sekitar 10,8. Sabun cair hasil penelitian memiliki nilai rerata pH antara 9,84-10,29. Menurut SNI batas maximum kadar air pada sabun adalah 60%.

4.      Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang formulasi sabun padat dari kulit pisang menghasilkan kesimpulan bahwa sediaan bentuk sabun padat, warna dan bau tidak menunjukkan perubahan di hari ke-1 hingga hari ke-7. Serta, memiliki pH, kadar air dan bebas alkali yang sesuai dengan standar untuk kulit atau Standar Nasional Indonesia.

 

DAFTAR PUSTAKA

Rusliana, (2010) Formulasi Dan Evaluasi Sabun Padat Antioksidan Ekstrak Maserasi Kulit Buah Pisang Kepok (Musa normalis L).

Jurnal Para Pemikir. Tegal

Madigan, (2005) Uji Aktivitas Antibakteri Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa balbisiana), Kulit Pisang Uli (Musa Paradisiana Sapientum) Dan Kulit Pisang Nangka (Musa sp L) : Bogor. Vol.6. No.2.

Munadjim, (2014) Pemanfaatan Dan Pengolahan Limbah Kulit Pisang Menjadi Permen Kulit Pisang Yang Berkhasiat Antidepresi Dalam Upaya Pemberdayaan Kesehatan Dan Perekonomian Masyarakat. Cianjur. Vol. 3 No. 1. Hal 5-8

 


Tags :

Posting Komentar