PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG UNTUK SABUN MANDI
Abstrak−Wonokerto merupakan penghasil pisang terbesar daripada tanaman lainnya, seiring
dengan tingginya produktivitas buah pisang maka jumlah limbah
kulit pisangpun ikut
meningkat. Saat panen pisang, bagian kulit, batang dan daun pisang (sekitar
80%) hanya di buang tanpa pengolahan lebih lanjut.
Hal inilah yang mengakibatkan potensi
limbah kulit pisang
yang cukup besar sehingga perlu adanya penanggulangan pada kulit pisang
agar memiliki nilai
baik. Kandungan di dalam kulit
pisang antara lain karbohidrat, protein,
lemak, kalsium, zat besi, fosfor
vitamin B, C dan. Kulit pisang juga memiliki kandungan selulosa sebesar
14.4%, Jumlah yang melimpah khususnya dari kulit pisang dapat di gunakan menjadi produk yang berdayaguna. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi dimana ekstrak kulit pisang yang dibuat
dalam bentuk sabun padat yang dipanaskan kemudian pemberian minyak yang langsung direaksikan dengan larutan basa
pada suhu 50˚C, sehingga didapat basis sabun. Uji sabun padat yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji
organoleptik, uji pH dan uji bebas alkali. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sabun padat, tidak terjadi
perubahan bentuk dan bau, serta memiliki pH dan uji bebas alkali yang
sesuai dengan standar untuk kulit.
Kata Kunci: Kulit Pisang,
Sabun Padat
1.
PENDAHULUAN
Seiring dengan tingginya
produktivitas buah pisang maka jumlah limbah kulit pisangpun ikut meningkat.
Saat panen pisang, bagian kulit, batang dan daun pisang (80%) hanya di buang tanpa pengolahan lanjut.
Hal inilah yang mengakibatkan
potensi limbah kulit pisang yang cukup besar sehingga perlu adanya
penanggulangan pada kulit pisang agar memiliki
nilai baik. Kulit pisang ternyata
juga memiliki manfaat
yang luar biasa.
Beberapa kandungan di dalam kulit
pisang antara lain karbohidrat, protein, lemak, kalsium, zat besi,
fosfor vitamin B, C dan. Kulit pisang juga memiliki kandungan selulosa sebesar
14.4%, Jumlah yang melimpah khususnya
dari kulit pisang
dapat di gunakan
menjadi produk yang berdaya dan berguna (Rusliana,
2010). Kulit pisang mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
Tannin bersifat antibakteri dengan cara mempresipitasi protein. Efek antimikroba tannin melalui reaksi dengan
membran sel, inaktivasi enzim, destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. Antibakteri adalah zat yang dapat
menggangu metabolisme mikroba yang merugikan (Madigan, 2005). Lapisan terluar tubuh manusia di sebut dengan kulit yang
sangat peka berfungsi sebagai pelindung serta pertahanan utama terhadap bakteri.
Salah satu pertolongan pertama untuk menjaga
kesehatan kulit adalah
sabun. Sabun mandi adalah produk
yang di hasilkan dari reaksi antara minyak atau lemak dengan basa KOH
atau NaOH. Sabun mandi senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani dan berbentuk
padat, lunak atau cair, berbusa di gunakan sebagai
pembersih dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak
membahayakan kesehatan (Badan Standarisasi Nasional, 1994).
Pada umumnya
kulit pisang belum di manfaatkan secara nyata, hanya di buang
sebagai limbah organik
saja atau di gunakan
sebagai makanan ternak
seperti kambing, sapi, dan kerbau.
jumlah kulit pisang
yang cukup banyak
akan memiliki nilai
jual yang menguntungkan apabila bisa manfaatkan sebagai bahan baku makanan. Kandungan
unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat,
lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-
unsur gizi inilah yang dapat digunkan
sebagai sumber energi
dan antibodi bagi tubuh manusia (Munadjim, 1983: 84). Menurut Standar Nasional (SNI) tahun
1994 sabun adalah senyawa natrium dengan asam lemak yang di gunakan sebagai pembersih tubuh, berbentuk padat,
berbusa atau penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Syarat mutu sabun padat yang di tetapkan
oleh SNI yaitu sabun padat memiliki kadar air maksimal 15%, jumlah alkali bebas maksimal
0,1% dan jumlah asam lemak
bebas kurang dari 2,5% (Sukawaty Yullia, dkk 2016).
2.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian yang bersifat eksperimen yang di laksanakan di
laboratorium untuk membuat formulasi
sabun padat dari ekstrak kulit pisang. Penelitian
Sabun Padat dari Ekstrak Kulit
Pisang, dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Ilmu dan Kesehatan Universitas
Maarif Hasyim Latif Sidoarjo. Populasi dalam
penelitian ini adalah kulit pisang yang di peroleh dari Penjual Pisang di Desa
Wonokerto Kecamatan Wonosalam. Untuk proses
pembuatan dari sabun mandi kulit pisang ini cukup mudah, berikut alat dan bahan
yang diperlukan.
a.
Bahan :
·
Kulit Pisang
secukupnya
·
200 ml NaOH cair
·
150 ml Minyak
Zaitun
·
150 ml Minyak
Kelapa
·
Air
·
Essential oil
b.
Alat
:
·
Blender
·
Mixer
·
Mangkok aluminium
·
Baskom
·
Sendok
·
Cetakan
c.
Langkah-langkah membuat sabun mandi kulit
pisang :
·
Bersihkan kulit
pisang dengan air bersih, jika sudah bersih masukkan ke dalam blender dicampur
dengan air perbandingan 1:1 sampai menjadi bubur.
·
Masukkan
150 ml minyak kelapa dan 150 ml minyak zaitun kedalam mangkok aluminium
·
Aduk
sampai merata campuran minyak kelapa dan minyak zaitun tadi tujuannya agar
tidak ada udara/gelembung di dalam minyak.
·
Tambahkan
NaOH kedalam campuran minyak kelapa dan minyak zaitun sebanyak 200 ml secara
perlahan sambil di aduk.
·
Aduk
larutan sabun sampai berubah wana menjadi putih pekat, lalu masukkan bubur
kulit pisang kedalam larutan sabun sebanyak 2-3 sendok makan dan aduk hingga
merata dan tercampur secara keseluruhan.
·
Jika
sudah rata kemudian tambahkan essential oil secukupnya dan aduk kembali.
·
Siapkan
cetakan dan masukkan larutan sabun kedalam cetakan sesuai selera.
Kemudian tunggu selama 1-2
hari disuhu ruangan hingga sabun mengeras dan siap dikeluarkan dari cetakan
·
Jika
sudah kering sabun siap dikeluarkan dari cetakan dan sabun siap digunakan.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan
sabun padat pada penelitian ini menggunakan basa Natrium Hidroksida (NaOH) agar
sabun dihasilkan padat. Formula yang di gunakan pada proses pembuatan
sabun dari ekstrak kulit pisang awak dengan jumlah variasi minyak
kelapa 150 ml,
minyak zaitun 150 ml,
NaOH 200 ml, essential oil 2
ml dan air 50
gr. Formula sabun padat
dari kulit pisang.
Tabel 1. Formulasi Sabun Padat
No. |
Bahan |
F0 (gr) |
F1 (gr) |
1. |
Ekstrak Kulit Pisang |
- |
50 gr |
2. |
Minyak Kelapa |
150 ml |
150 ml |
3. |
Minyak Zaitun |
150 ml |
150 ml |
4. |
NaOH |
200 ml |
200 ml |
5. |
Essential Oil |
2 ml |
2 ml |
6. |
Air |
50 gr |
50 gr |
1. 1. Hasil Uji Organoleptik
Evaluasi yang dilakukan pada pengujian organoleptik
meliputi warna dan aroma/bau dari sediaan. Sabun padat yang harus dipenuhi
adalah memiliki bentuk padat, warna dari sediaan homogen dan baunya tidak
tengik. Warna yang di hasilkan merupakan warna campuran
dari minyak dan NaOH yang berwarna putih dan ekstrak kulit pisang awak berwarna
krim. Hasil pengujian bentuk, warna dan bau yang di lakukan
pada hari ke 1 dan hari ke 7 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
a.
Bentuk
Sediaan Sabun Padat
Tabel 2. Hasil Sediaan Bentuk Sabun Padat
No. |
Waktu Pengamatan |
Sediaan Sabun Padat |
|
F0 |
F1 |
||
1. |
Hari ke-1 |
Padat |
Padat |
2. |
Hari ke-7 |
Padat |
Padat |
b.
Warna
Tabel 3. Hasil Warna Sabun Padat
No. |
Waktu Pengamatan |
Sediaan Sabun Padat |
|
F0 |
F1 |
||
1. |
Hari ke-1 |
Cream |
Cream |
2. |
Hari ke-7 |
Cream |
Cream |
Gambar 1. Warna Sabun Hari Ke-1
Gambar 2. Warna sabun Hari Ke-7
C.
Aroma/Bau
Tabel 4. Hasil Aroma/Bau Sabun Padat
No. |
Waktu Pengamatan |
Sediaan Sabun Padat |
|
F0 |
F1 |
||
1. |
Hari ke-1 |
Aroma Pisang |
Aroma Pisang |
2. |
Hari ke-7 |
Aroma Pisang |
Aroma Pisang |
d.
Uji pH
Sabun
pada umumnya mempunyai pH sekitar 9-10. Menurut (Sausan,2018) pH sabun yang relatif aman adalah 9-11 dan pH
indikator potensi iritasi pada sabun. pH sabun yang relatif basa dapat membantu
kulit untuk membuka pori-porinya kemudian busa dari sabun
mengikat sabun dan kotoran lain yang menempel di kulit (Sausan,2018). Nilai pH
di tentukan dengan menggunakan Stik pH. Hasil percobaan
yang dilakukan, dapat dilihat hasil laboratorium pada gambar berikut :
Gambar 3. Hasil Uji Laboratorium Sabun Padat
e.
Uji Bebas Alkali
Dari hasil yang diperoleh,
sabun mandi sediaan padat yang diuji memenuhi persyaratan kadar alkali bebas,
sesuai dengan SNI 06-3532-1994, dimana kadar alkali bebas yang diperbolehkan
untuk sabun mandi sediaan padat tidak lebih dari 0,14 %.
f. Uji
Kadar Air
Nilai pH larutan sabun bergan- tung pada jenis lemak,
sebagai contoh sabun yang dibuat dari minyak kelapa mempunyai pH antara 9 dan
10, sedangkan sabun dari lemak hewani memberikan pH sekitar 10,8. Sabun cair
hasil penelitian memiliki nilai rerata pH antara 9,84-10,29. Menurut SNI
batas maximum kadar air pada sabun adalah 60%.
4.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang formulasi sabun padat dari kulit pisang
menghasilkan kesimpulan bahwa sediaan bentuk sabun padat, warna dan bau tidak
menunjukkan perubahan di hari ke-1 hingga hari ke-7. Serta, memiliki pH, kadar
air dan bebas alkali yang sesuai dengan standar untuk kulit atau Standar
Nasional Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Rusliana, (2010) Formulasi Dan Evaluasi Sabun Padat Antioksidan Ekstrak Maserasi Kulit Buah Pisang Kepok (Musa normalis L).
Jurnal Para Pemikir.
Tegal
Madigan, (2005)
Uji Aktivitas Antibakteri Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa balbisiana), Kulit Pisang Uli (Musa Paradisiana Sapientum) Dan Kulit Pisang Nangka (Musa sp L)
: Bogor. Vol.6. No.2.
Munadjim, (2014) Pemanfaatan Dan Pengolahan Limbah Kulit Pisang Menjadi Permen Kulit Pisang Yang Berkhasiat Antidepresi Dalam Upaya Pemberdayaan Kesehatan Dan Perekonomian Masyarakat.
Cianjur. Vol. 3 No. 1. Hal 5-8
Tags : prokerutama
Posting Komentar